Pergelaran Wayang Kulit Sosialisasi Anti-Kekerasan Dalang Pak KS

By Admin 22 Mei 2024, 05:34:30 WIB KEGIATAN SEKOLAH
Pergelaran Wayang Kulit Sosialisasi Anti-Kekerasan Dalang Pak KS

Gambar : SOSIALISASI TPPK: Dalang sekaligus Kepala SMAN 1 Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Ki Sri Paminto, SS, MPd merima tokoh wayang Pandhawa, Arjuna dari Ketua Komite Sekolah, Karsito sesaat sebelum pergelaran wayang kulit di lapangan sekolah dimulai, Kamis (16/05/2024). *(Foto: Smansaprama Media).


SMANSAPRAMA MEDIA - Kekerasan di dunia sekolah tidak jauh berbeda dengan kekerasan di dunia wayang. Maka dari itu SMA Negeri 1 Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri (SMANSAPRAMA) menyelenggarakan “Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan” dengan menggunakan media wayang kulit, Kamis (16/05/2024). Menariknya pergelaran wayang kulit dengan lakon “Paguron Siswa Sokalima” ini menampilkan dalang Kepala SMAN 1 Pracimantoro, Ki Sri Paminto, SS, MPd dengan pengrawit seluruh siswa yang tergabung dalam ekstrakulikuler karawitan.

  Acara dimulai dengan sambutan Ketua Komite sekolah, Karsito. Ia mengharapkan progam sekolah dapat berhasil dengan  baik sehingga apa yang diprogamkan sekolah dapat berhasil dengan baik sesuai apa yang telah diharapkan.

   “Komite dan seluruh warga sekolah akan mendukung program baik yang sudah direncanakan sekolah (Pak KS),’’ terang Karsito dalam sambutannya sebelum menyerahkan tokoh wayang Permadi (Pandawa) kepada dalang.

Lakon “Pendadaran Siswa Sokalima” ini mengisahkan semangat para putra Raja Astina, Pandhawa dan Kurawa yang tengah menimba ilmu di Paguron Sokolima. Di paguron yang dipimpin Resi Durna tersebut Pandawa dan Kurawa digembleng berbagai ilmu kesaktian dan ilmu perang.

      Pandawa merupakan simbol kebaikan dan Kurawa sebagai simbol kejahatan. Kelompok Kurawa yang berjumlah 100 tokoh selalu membuat onar dan kejahatan yang merugikan Pandawa dalam perguruan Sokolima.

   Kepala Sekolah, Sri Paminto usai pertujukkan menyampaikan harapannya agar seluruh peserta didik di SMANSAPRAMA mampu meneladani tokoh Pandhawa Lima. Yakni Puntadewa yang berjiwa religius, Bima yang perkasa dan sakti, Arjuna yang cerdas dan sakti, serta tokoh Kembar (Pinten dan Tansen) yang memiliki karakter ulet, kuat, serta berbakat berkebun dan berternak.

    “Setelah menonton wayang yang adiluhung ini semoga peserta didik dapat meneladani karakter Pandawa dan menghindari sikap buruk Kurawa. Generasi muda diharapkan juga tetap mengenal dan mencintai budaya Jawa, khususnya wayang kulit,’’ ajak Sri Paminto.

 

Kontrol HP

      Sementara, dalam pergelaran wayang padat siang itu juga diselingi dengan sosialisasi oleh Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) Smansaprama. Petugasnya adalah Wahyu Widayat, SPd (Waka Kesiswaan), Siti Marprihati, SPsi  dan Ika Pijer Mitayani, SPd (guru BK), dan Dian Rochmawati, MPd (Waka Kurikulum sekaligus pemandu acara).

      Wahyu Widayat berpesan kepada wali murid untuk rajin mengontrol penggunaan ponsel anaknya saat di rumah. Selain itu Ia juga menyampaikan tentang peraturan tata tertib yang ada di sekolah. Salah satunya bagi peserta didik yang terlambat akan diberi sanksi yaitu ponselnya akan disita selama sehari.

  “Kita akan melakukan kebijakan pada tahun ajaran 2024/2025, saat mulai pembajaran ponsel akan ditaruh di almari kelas dan akan dikembalikan saat istirahat dan pulang sekolah,” terangnya yang membenarkan kegiatan ini juga sejalan dengan tagline Smansaprama: “Berkarakter dan Berbudaya.”

  Sementara, Siti Marprihati, SPsi menyampaikan Progam Sekolah Anti Kekerasan berawal dari keprihatinan kasus pelecehan seksual dan tindak kekerasan lain yang masih terjadi di dunia sekolah. Wali murid diajak untuk bekerja sama dalam pencegahan anak-anak dari keterlibatan kasus kekerasan seksual.

“Semua ini berawal dari setan gepeng atau ponsel, maka dari itu mari selalu mengontrol apa yang dilakukan putra putri kita. Selain itu juga mari orang tua untuk meluangkan waktu paling tidak selama 10 menit untuk bercerita-cerita kepada anak,” tutur Siti Marprihati.

Happy Firlana siswi kelas XI-3 Fase F mengaku senang dengan adanya sosialisasi juga pergelaran wayang kulit ini. Lewat tontonan wayang kulit masuk sekolah, ia jadi mengetahui seni dan budaya Jawa, terutama wayang kulit yang mengsisahkan Pandawa dan Kurawa.

“Pastinya saya senang dengan adanya sosialisasi ini karena menambah wawasan. Kita akan lebih bijak dalam menggunakan ponsel. Juga dengan adanya wayang kulit di antara talkshow ini membuat acara sosialisasi ini jadi lebih seru dan tidak membosankan,” jelas Happy. *(Deswinta Fallin Indah Heryanti XI-2 Fase F).




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment